8/24/2009

Lima Konsekuensi Menjadi Muslim

Saudaraku Kaum Muslimin yang mulia,

Islam merupakan agama yang mengajarkan kepada umat manusia bahwa untuk menjadi Muslim tidak ada unsur pemaksaan. Dalam artian, masuk Islam haruslah dengan keinginan sendiri, dari dorongan hati yang paling dalam. Karena itu, siapa pun yang memaksa manusia untuk masuk Islam, tidak bisa dibenarkan. Allah SWT berfirman, “TIdak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat….” (QS al-Baqarah: 256)

Asbabun nuzul atau sebab turun ayat di atas terkait dengan seorang sahabat yang dulunya beragama Yahudi. Ia bukan hanya sudah menjadi Muslim, tapi juga menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam dan ia rasakan kenikmatan sebagai seorang Muslim. Karenanya, ia berusaha agar anaknya yang sudah dewasa juga masuk Islam. Ia pun mengajak, menasihati, membujuk, sampai memerintah agar anaknya itu masuk Islam. Namun, anaknya tetap tidak mau, sampai akhirnya ia memaksa anaknya itu untuk masuk Islam. Ketika sudah sampai pada tingkat pemaksaan, maka tumnlah ayat ini yang melarang kaum Muslimin memaksa orang kafir untuk masuk agama Islam, meskipun anaknya sendiri.

Namun, ketika seseorang sudah menyatakan diri masuk ke dalam Islam, ia sebenarnya bukan dipaksa. Tetapi, dituntut untuk disiplin dalam Islam dan ini berlaku dalam hal apa pun. Misalnya, seseorang tidak dipaksa untuk melamar kerja di suatu perusahaan. Namun, ia melamarnya dan ia pun diterima sebagai karyawan di perusahaan itu.

Sehingga, berlakulah segala ketentuan di perusahaan itu terhadap dirinya yang harus dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan. Untuk menegakkan kedisiplinan itulah, kadangkala seseorang merasa dipaksa. Padahal, sebenamya hal itu sebagai konsekuensi dari kesediaannya untuk memasuki suatu perusahaan. Demikian pula halnya dengan masuk Islam, yang menuntut orang untuk disiplin dalam menjalani kehidupan, sebagaimana yang ditentukan oleh ketentuan Islam. Di sinilah seolah-olah ada unsur pemaksaan.

Paling tidak, ada lima konsekuensi yang harus dilaksanakan bagi siapa saja yang telah menyatakan dirinya sebagai Muslim.

Pertama, menerima seluruh ayat Al Qur’an. Hal ini karena Islam merupakan agama yang didasari oleh wahyu yang sudah termuat di dalam Al Qur’an. Setiap Muslim harus beriman kepada Al Qur’an sebagai kitab suci yang asli. Sehingga, ia mau menerima seluruh ayat di dalam Al Qura’an, baik muatannya itu disenangi atau tidak. Sikap menerima terhadap apa yang terdapat di dalam Al Qur’an akan membuat seorang muslim mau memenuhi apa yang menjadi tuntunan di dalamnya.

Kaum muslimin diperingatkan agar tidak seperti orang-orang Yahudi yang beriman pada satu ayat, lalu kufur pada ayat lainnya. Allah swt berfirman “…..Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab 9Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain) ? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepda azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS : al Baqarah :85)

Menerima seluruh ayat di dalam Al Qur’an merupakan perkara yang sangat mendasar. Karena, dengan demikian seseorang akan bersedia nantinya untuk hidup sesuai dengan Al Qur’an. Atau meminjam istilahnya Sayyid Quthb, yakni hidup dibawah naungan Al Qur’an.

Kedua, yang merupakan konsekuensi menjadi Muslim adalah berhukum pada ketentuan Islam. Setiap orang yang mengaku Muslim atau mukmin amat dituntut untuk menjalani kehidupan sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasulnya.

Misalnya bila ia mau menikah, maka seorang lelaki harus menikah dengan wanita, bukan lelaki menikah dengan lelaki, atau wanita menikah dengan wanita sebagaimana yang dilakukan orang-orang kafir. Bahkan, Islam mengatur tidak hanya lelaki menikah dengan wanita, tapi juga harus menikah dengan muslimah yang salehah, bukan dengan orang kafir. Selanjutnya, bila ia mencari nafkah, maka mencarinya harus dengan cara yang halal, bukan menghalalkan segala cara, dan begitulah seterusnya.

Manakala seseorang tidak mau diatur dengan hukum Allah, maka tidak pantaslah ia menjadi Muslim bila ketentuan Allah swt dan Rasul-Nya yang mulia itu diabaikan begitu saja. Allah swt berfirman : ”Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Alah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata. “(QS al -Ahzaab :36)

Ketiga, konsekuensi menjadi Muslim adalah tidak mencampur antara yang haq atau benar dengan yang bathil. Dua hal sangat berbeda dan saling bertentangan. Karenanya jangan sampai dalam kehidupannya, seorang Muslim mencampur aduk antara yang haq dengan yang bathil itu dalam sikap, pendapat, dan tingkah lakunya sehari-hari. Allah swt berfirman ” Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah)kamu sembunyikan, sedangkan kamu mengetahuinya.” (QS al-Baqarah:42).

Oleh karena itu, setiap muslim harus selalu mengikuti apa yang telah ditentukan oleh Allah swt agar dapt mencapai ketaqwaan yang tertinggi, sebagaimana firman-Nya “Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertaqwa.” (QS al-An’aam:153)

Bapak - ibu Jamaah sholat (Subuh) yang berbahagia.

Keempat, yang menjadi konsekuensi seorang Muslim adalah meninggalkan hal-hal yang tidak islami. Ketika seseorang telah menyatakan dirinya sebagai Muslim, hal yang amat dituntut sebagai konsekuensi dari tidak mencampuradukkan antara yang haq dengan yang bathil adalah meninggalkan hal-hal yang tidak islami.

Karenanya, ketika ada sekelompok sahabat yang dahulunya beragama Yahudi masih juga ingin menjalankan ibadah dalam Yahudi, bahkan mereka meminta kepada Rasulullah, maka dengan tegas Allah SWT melarang yang demikian dengan firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqarah: 208)

Konsekuensi yang terakhir atau yang kelima adalah menunjukkan kebanggaan sebagai Muslim. Bangga sebagai Muslim berarti seseorang merasa senang menjadi Muslim. Sehingga, ia akan selalu menunjukkan kepribadian atau identitas keislamannya, di mana pun ia berada, serta bagaimana pun situasi dan kondisinya. Ini akan membuatnya selalu hidup dengan akhlak yang mulia, sebagaimana yang telah ditentukan ajaran lslam. Karena itu, Rasulullah saw.
bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada. lringilah keburukan dengan kebaikan, ia akan menghapusnya. Serta, pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Ahmad, at-Tirmidzi, Hakim, dan al-Baihaqi)

Dengan kebanggaannya sebagai Muslim, seseorang akan selalu istiqamah atau memiliki pendirian yang kuat dalam mempertahankan nilai-nilai lslam. Ini pula yang amat ditekankan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. serta para sahabatnya. Allah SWT berfirman, “Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orangyang bertobat bersamarnu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Huud: 112)

Dari uraian di atas, kita bisa menilai sendiri apakah kita sudah menjadi Muslim yang sesungguhnya, atau sekadar pengakuan yang jangankan Allah SWT, orang lain saja sudah meragukan keislaman kita.

Karenanya, masih ada waktu untuk memperbaiki keislaman kita masing-masing.

1 komentar:

Obat Pembesar Payudara Herbal mengatakan...

informasi dalam blog ini sangat bermanfaat, isinya sangat inovatif dan kreatif. saya baru menemukan jawaban dari unek-unek yang selama ini membuat saya bingung. makasih ya informasinya!!

Posting Komentar